Mahasiswa,
Agen Perubahan dan Kontrol Sosial atau Agen yang Dirubah dan Dikontrol oleh Keadaan ?
Masih teringat dahulu sewaktu pertama kali
menempuh dunia perkuliahan. Setiap Mahasiswa Baru (MABA) secara tidak langsung
diwajibkan mengikuti kegiatan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) dan
Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) oleh berbagai lembaga internal kampus. Banyak
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh saat itu.
Salah satu materi yang masih teringat dan
masih membekas sampai saat ini yaitu Mahasiswa merupakan Agent of Change and
Social Control (Agen Perubahan dan Kontrol Sosial). Mahasiswa berfungsi sebagai pengontrol dari situasi sosial
yang ada di sekeliling mereka, mempelajari berbagai macam fenomena sosial yang
terjadi di dalam masyarakat, sampai kepada pemberi solusi atas segala
permasalahan yang timbul dalam dimensi-dimensi kehidupan sehari-hari.
Agen perubahan yang seharusnya mampu menempatkan posisinya sebagai “wakil” dari
suatu tatanan sosial di masyarakat, untuk menyuarakan perubahan apabila
diperlukan. Hal ini yang menjadi salah satu
kebanggaan bagi peserta OSPEK dan LDK saat itu menyandang gelar mahasiswa.
Alangkah hebat dan gagahnya fungsi mahasiswa di mata masyarakat
Namun, realita mahasiswa saat
ini gagal menjalankan fungsinya sebagai Agent
of Change and Social Control (Agen Perubahan dan Kontrol Sosial). Faktanya kondisi mahasiswa saat ini lebih
banyak dilenakan oleh berbagai macam hal yang merusak identitas
kemahasiswaannya itu sendiri. Berbagai kegiatan hura-hura, foya-foya, dan
refreshing yang hanya mengejar kesenangan semu semata lebih banyak diminati
oleh mahasiswa saat ini. Masuknya budaya luar yang hanya mengajarkan kita untuk
menjadi hedonis dan bahkan cenderung narsis menyebabkan mahasiswa lupa akan kewajibannya.
Bukan hanya itu saja, berbagai tekanan dari
birokrasi kampus terhadap organisasi internal kampus yang mengatas namakan
kepentingan mahasiswa juga menjadi pemicu hilangnya jiwa kritis mahasiswa
sebagai Agent of Change and Social Control (Agen Perubahan dan Kontrol Sosial).
Birokrasi kampus menyeret mahasiswa dalam kepentingan pribadinya. Dengan
mengandalkan arogansi dan otonominya mahasiswa dijadikan sebagai robot dan alat
untuk mencapai tujuannya. Aturan-aturan dalam berorganisasi disepelekan bahkan
diputar balikan. Pimpinan organisasi kampus pun bungkam saat berbagai kebijakan
yang membatasi ruang gerak mahasiswa dikeluarkan. Budaya mahasiswa seperti
berdiskusi tentang isu-isu politik, sosial, ekonomi, dan satra dianggap terlalu
jadul dan berat untuk dicerna. Mahasiswa
sekarang bukanlah lagi menjadi Agen of Change (Agen perubahan) akan tetapi
malah menjadi individu-individu yang terseret arus perubahan itu sendiri.
Mahasiswa tidak memiliki bekal mental yang cukup bagus dan jiwa yang cukup
kritis dalam menyampaikan pendapat atau pertanyaan dalam berdiskusi apalagi
dalam perdebatan dalam tataran intelektual.
Keengganan
untuk berorganisasi juga merupakan cerita tersendiri mahasiswa kita, padahal
dengan berorganisasi, semua pengalaman akan muncul seiring proses-proses
belajar yang dilewati. Lewat organisasi kita belajar bertanggung jawab, belajar
menyampaikan pendapat, menghargai pendapat orang lain, sampai belajar kepada
hal-hal yang lebih kompleks dan dihadapkan pada situasi real yang ada pada
masyarakat. Adapun jika masih ada mahasiswa yang aktif berorganisasi, maka akan
ditekan oleh berbagai pihak agar sesuai dengan kepentingannya. Berbagai
kegiatan kemahasiswaan kehilangan tujuan dan jati dirinya sendiri. Berbagai
kegiatan bahkan dibangun atas dasar hura-hura tanpa ada tujuan dan output bagi
mahasiswa itu sendiri. Akibatnya organisasi seakan mati suri, sehingga
kehilangan pamor dan peminat.
Sikap atau
pandangan kritis mahasiswa hendaknya kita timbulkan kembali dengan gerakan
penyadaran terhadap semua pengaruh luar yang datang. Sudah bijakkah kita dalam
melihat dan memaknai setiap hal baru? Sudahkah kita menjadi mahasiswa yang
mengerti akan peran dan tanggung jawabnya? Sudahkan kita menyiapkan diri untuk
menjadi bagian dari masyarakat yang dinamis? Sudahkah kita menjadi Agent of Change and Social Control (Agen Perubahan
dan Kontrol Sosial) ? Ataukah kita
menjadi individu yang diubah dan dikontrol oleh sistem? Kita kembalikan pada
diri kita masing-masing, menjadi refleksi diri serta evaluasi kita semua.
Kendari, 2 November 2016
S. D. R
0 komentar:
Posting Komentar