Kerlap-kerlip bintang hiasi angkasa,
hamparan cahaya kecil yang membentang sepanjang Horison yang dipandang mata,
serta segelas kopi panas iringi imajinasi yang meluap-luap diatas puncak
tertinggi kota ini, laksana api yang menari-nari dengan kobaran yang harmonis di
atas tumpukan kayu yang berwarna merah bata.
Kedudukan dan desakan saat
memandang suatu keadaan sangat mempengaruhi seberapa luas dan bijak kita dalam
menuangkan imajinasi dalam tiap lembaran kertas. Teori yang kukemukakan untuk
menceritakan kejadian Jumat malam yang indah, sejuk dan penuh dengan suasana
intelektual. Betapa tidak, 20 orang yang ikut mendaki bersama kami (3 orang
pembina PELITA), dengan desakan perubahan arah pergerakan pemuda saat ini, coba
kami fasilitasi untuk mengolah pikir dalam logika mereka, mulai dengan
imajinasi sederhana tentang benda yang ada di sekitar mereka, sampai pada
memaksa logika mencari sinkronisasi dari dua kata benda yang tidak berhubungan
secara langsung.
Dua puluh pemuda yang kami
petakan dalam 5 kelompok kecil masing-masing dengan dua kata benda yang mereka
pilih secara acak sebagai tema dalam menggapai puncak kolaborasi imajinasi pada
setiap kelompok kecil tersebut. Pejabat dan batu karang, guru dan sapi, daun
dan pena, korek api dan buku serta pembunuh bayaran dan cinta merupakan
tema-tema yang terpilih secara acak dan rahasia yang akan di kembangkan dalam
terbatasnya waktu, mulai dari pengumpulan ide, pengembangan sampai penulisannya
hanya dalam 15 menit saja. Namun kader-kader muda PELITA Generasi Pertama
berhasil menaklukkan tantangan yang kami berikan dengan daya imajinasi dan gaya
mereka dalam mengkreasikan gagasannya, meski kebiasaan menulis masih belum
lumrah bagi mereka.
Simar, Arwin, Irianto, dan Larman: PEJABAT DAN BATU KARANG
Pejabat yang mampu memfasilitasi masyarakat pada kehidupan yang lebih
baik, dengan tujuan untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat, sama halnya
dengan batu karang yang ada di lautan, meski tak terlihat dan diketahui banyak
orang, ia tetap memberikan manfaat bagi biota yang hidup di sekitarnya (laut).
Sementara pejabat yang tidak mampu menjadikan dirinya sebagai fasilitator
atau tidak mampu memberikan arahan yang jelas kepada masyarakat, bahkan halnya
memberikan janji-janji layaknya angin surga yang berhembus ditengah kemarau
panjang sebagai harapan yang seolah-olah bisa diwujudkan oleh mereka, namun
ternyata janji-janji surgawi para penguasa tersebut hanya omong kosong belaka.
Dan kemudian muncullah sebuah tanda tanya besar, lalu apa bedanya mereka dengan
batu karang yang mati di lautan sana yang tak lagi mampu memberikan manfaat
bagi biota laut.
Jika engkau teladan, maka baik atau buruk engkau yang menentukan.
S.D.R, A_H_S, AY_Lhun, Y/S: GURU =/≠ SAPI
Guru bukanlah sapi yang bisa dicocol hidungnya lalu diarahkan sesuka
tuannya. Tenaga guru harus sekuat sapi yang berguna menggarap ladang bangsa ini
untuk menumbuhkan generasi-generasi penerus yang hijau seperti zamrud permata
dunia. Perlu untuk dicontoh kesabaran sapi dalam mengunyah makanan hingga halus
dan lembut sehingga baik untuk sistem pencernaannya. Harus seperti itulah
seorang guru, ia harus tetap sabar mendidik siswanya agar baik untuk sistem
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Kenyataannya, kesejahteraan guru terbengkalai, hanya dibuai kata-kata
mesra “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Memang seperti itulah keadaan guru saat ini,
miris dan penuh ironi.
Ada sebuah peribahasa yang harus direnungi secara mendalam “Logika Tanpa
Logistik, Anarkis”. Gaji guru saat ini bahkan lebih murah dari harga seekor
sapi itu sendiri. Alih-alih untuk menjadi sapi yang berguna bagi nusa dan
bangsa; guru malah lebih memilih menjadi pedagang-pedagang sapi yang cenderung
lebih menguntungkan untuk menafkahi anak dan istrinya. Guru mengomersialkan
pendidikan seolah itu adalah barang dagangan murahan semurah daging sapi
gelongongan yang dijual pedagang-pedagang busuk dipasaran.
Akibatnya pendidikan menjadi bobrok dan tidak terarah seperti sapi liar
di hutan rimba. Keserakahan dunia.
Rahmat Enjoy, Hamsin La Ode, Mail, Rafil,S.Pd.: PULPEN DAN DAUN
Lewat tinta hitam ini ku ukir namamu di atas daun, lewat daun dan
coretan tinta hitam ini kuingat cintamu di benakku, kulihat daun di sekitar,
selalu terbayang dengan senyum manismu, dan teringat dengan coretan tinta hitam
yang membuatmu tersenyum. Gigi gingsulmu menambah cantik di wajahmu, seakan
tinta pulpen tak bisa lagi di torehkan di atas daun karena begitu indahnya
paras cantikmu.
Sering kali kulihat dedaunan yang berguguran, terkadang ku teringat
menorehkan kembali tulisan yang begitu indah tapi semua itu tinggal kenangan.
Sayang, aku selalu menunggumu sampai ajal menjemput. Aku tetap setia untukmu
dan coretan tinta di atas daun inilah yang menjadi kenangan. Cintaku akan terus
tumbuh dan bermekaran di dalam hatiku, walau tinta pulpen habis dan daun-daun
berguguran
Anton_black.id, Dirman Syatiah, Lanang Aroniangk, Armin Bayrioo: BUKU
DAN KOREK API
Buku merupakan tumpukan dari lembaran kertas berisi coretan-coretan
tinta yang berisi kata-kata tentang ilmu. Ilmu dalam kehidupan umat manusia
dapat dijadikan sebagai penerang dalam kebodohan manusia.
Buku dan korek api mempunyai makna yang sama, yaitu sebagai sumber
penerang atau pencerah. Buku merupakan sumber penerang dalam ilmu pengetahuan
sedangkan korek api adalah sumber
setitik cahaya yang akan menerangi setiap kegelapan. Maka menyalalah api
melitaku.
Syahrul,S.Pd., Arid Sanjaya, Hasir
Anjanihu, Ilham Wahyuni: PEMBUNUH BAYARAN DAN CINTA
Pembunuh bayaran adalah suatu profesi seorang yang dilakukan dengan
membunuh tanpa keinginan sendiri dari, tapi didasari oleh keinginan seseorang
atau kekecewaan seseorang. Pembunuh ini melakukan kejahatan dan dibayar atas
pekerjaan yang ia lakukan. Tetapi dalam menjalankan aksinya, seorang pembunuh
bayaran tetap memiliki rasa kemanusiaan, iba, dan cinta sehingga memiliki
keraguan untuk melakukan pembunuhan terhadap korbannya.
Cinta merupakan rasa yang dimiliki seseorang baik perasaan suka, senang,
sedih, iba dan lain-lain. Cinta bisa membuat kita beriring bersamaan dan bisa
pula ke arah hal-hal yang negatif. Karena cinta orang bisa berubah 180o,
karena cinta pun hal-hal yang tidak disenangi dapat menjadi hal yang indah.
Karena cinta gelap dapat menjadi terang, bumi menjadi langit, bahkan dengan
cinta segalanya menjadi lebih indah sampai-sampai hal negatif pun menurut
pandangan orang lain menjadi begitu indah baginya. Serta karena cinta pula
jenggot pun bisa patah, karena cinta preman dapat disulapnya menjadi boneka
yang menggemaskan dan karena cinta orang lugu pun bisa membunuh.
Pembunuh hanya merupakan salah satu pekerjaan akibat cinta, mungkin dia
cinta dengan pekerjaan tersebut, dan karena saking cintanya ia menjadikannya
profesi demi kesenangan dan uang. Namun seorang pembunuh bayaran pun masih
memiliki cinta di dalam dirinya.
Sebuah kesukuran karena dengan
pengalaman menulis yang masih minim, mereka telah berani mengekspresikan buah
pikir mereka dalam lembaran kertas dan tanpa sedikit pun ragu dibenaknya, dan
dengan suara lantang mereka memperdengarkan karya mereka tanpa peduli bagaimana
orang menilainya. Hal itu juga bagian yang kutekankan pada mereka, untuk
menulis pandangan orang lain bukan menjadi hal terpenting, cukup dengan terus
menulis dan membaca karya-karya tulis orang lain. Karena dengan membca dan
menulis akan terus memperkaya khazanah berpikir kita dalam menciptakan sebuah
karya.
Salam PELITA....
Ahwan H.A.K
0 komentar:
Posting Komentar